Antipoda; [laku-wicara]

“Tungguuuu….”, 
teriakanmu menghentikan langkahku di titian anak tangga ketiga.

Hmmm, kumenangkap ada rindu berbalur asa,
yang kau hempas di sana.
Ada nafas tersengal meski tak lelah,
menyelimuti setiap kelu gamang.

Kutatap mata angkuh kelam,
yang kini teduh itu, tengah mengiba.
“Hendak kemana kali ini kiranya?”

Diam.

“Heiiiy, is it still you?”, 
bisingmu menggema.
Dominan. Tak ubahnya biasa.

Tersenyum, 
tertunduk, 
Tetap berdiamku,
Tak meragu.

Kurengkuh setiap jemari tangan,
yang kau balas dengan eratnya genggaman.
Penuh getar, pasi memucat.
Mencoba berharap agar tak beranjak dari tempatku berdansa kemarin lusa.

“Sayang, … aku hanya akan mengadukan desah. 
Kau lihat…?
Ada setitik redup di ujung sana, 
Samar!
Tapi kau dengar? Pejamkanlah arah.
Simaklah bersama lembutnya rasa”, jawabku lemah.

“Tidakkah kau rindu?
Tidakkah untaian senandung Tuhan itu terus kau lantunkan untukku?
Heiiiy, say something [that I want to hear from you]!”,
amarahmu penuh deru.

Ahhh,
andaikan aku masih memiliki banyak daya…
andaikan tak pernah kau curangi kuasan lalu yang melembak,
andai kau tau begitu sulit melewati arestasi atas friksi yang terus kau cipta.
Dan yaaa,
andai kau tau tak pernah kuingkari sabda atas dogma!

Aku lantas hanya terus mencoba melangkah,
tanpa sedikitpun tuturan,
meniti berat mengacuhkan setiap godaan angan,
akan mimpiku yang perlahan kembali membuncah.

Kembali kuiikuti nurani pada tumpuan,
beranjak kembali pada pelukan Sang Ibunda,
memenuhi panggilan janji Sang Ayahanda.

“Kirana…..”, pintamu melemah.
Memohon iba.
Sembari kau tusukkan lagi sembilu belati berkarat.
Di belakangku tepat,
meski ku tak lihat,
Menembus jantung, mempertegas diksi luka sebenar.

Namun maafku,
Semesta t’lah bekerja untukku,
dan kan jua bekerja untukmu.
Kini ku tak teruk,
Kini ku tak kan ambruk.

ahhhh,
rasanya tak perlu kuberpanjang menjelaskan maknanya.
ceritera panjang yang kutuliskan dengan menyeberangi zona waktu.
WIB-WITA-WIT-WIB.
Jakarta-Sorong-Makassar-Jakarta-Jogja.
dari snorkling di Raja Ampat, sampe berakhir finalisasi tulisannya di Hotel Tentrem Jogja.

Hahaha
Karena lama menimbang endingnya akan seperti apa. LOL.
dengan melihat siklus hidup:
seneng-sedih-seneng-sedih-seneng lagi.

Siklus hati yaaa begitu2 aj siy yaaa…
tapi bagiku,
menjalani setiap proses dengan seeeebaik2nyaaa,
sebijak2nyaaa… adalah juga sangat penting…
tanpa mencurangi siapapun, apapun…

karena selayaknya siklus hati tadi;
semua akan berbalik di titik awal;
semai-tuai…

love,
qee suhardi













Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *